Mau beli berang-berang/linsang? Pertimbangkanlah ini dulu!

sumber: kaskus

Sekarang ini, sejak berkembangnya media sosial dan forum jual beli online yang pesat, penawaran, pencarian dan pembelian barang sangat lah mudah. Kita bisa saja ditawari dihadapan kita secara langsung dari seseorang atau toko. Berbagai jenis barang jualan disodori: HP, Baju, Tas, Kosmetik dan lain lain, termasuk juga hewan peliharaan. Kalau tidak percaya, silahkan cari saja di media sosial kita seperti Facebook dan Twitter, atau di forum/situs jual beli online seperti Kaskus, TokoBagus dll. Sangat mudah sekali!

Tawaran jual hewan peliharaan, bisa saja dari seseorang pribadi yang ingin menjual hewan yang dimilikinya (mungkin karena sesuatu hal sehingga tidak bisa melanjutkan pemeliharaannya lagi) atau bisa juga dari orang atau toko yang memang bisnisnya jual beli hewan. Salah satu hewan yang juga diperjual belikan secara online adalah berang-berang. Silahkan lihat di tulisan sebelumnya beberapa contoh judul iklan jual berang-berang.

Berang-berang (pada beberapa daerah disebut juga sebagai linsang) merupakan hewan yang sangat lucu, tingkahnya laku menarik, cerdik, dan mudah dilatih. Apalagi ketika masih bayi. Ya, yang namanya bayi pasti lucu dan menggemaskan. Jika kita melihat hewan tersebut, akan timbullah rasa ingin memeliharanya.

Nah, bagi yang ingin memelihara berang-berang dengan cara membeli ataupun mengadopsi (istilah adopsi ini juga digunakan oleh penjual, padahal itu membeli bukan adopsi!), maka perlu mempertimbangkan dahulu hal-hal berikut ini sebelumnya.

Berang-berang itu berasal dari tangkapan liar.

Dari mana berang-berang itu dapatnya? Hampir bisa dikatakan bahwa semuanya itu berasal dari tangkapan liar. Tangkapan liar itu maksudnya, hewan itu ditangkap langsung di alam dengan berbagai cara, bukan berasal dari hasil penangkaran atau hasil diternakan. Kalau berang-berang yang berasal dari hasil penangkaran jauh sangat lebih baik, tingkat hidupnya lebih tinggi, karena hewan itu telah biasa dengan perlakuan manusia. Jika ditangkap dari alam, maka resiko kepunahannya akan semakin besar. Agar tidak punah, tangkapan liar itu sebenarnya ada aturan bagaimana dan berapa banyak yang boleh ditangkap.

Ibunya dibunuh, untuk dapat anaknya

Kalau semua yang diperdagangkan itu dari tangkapan liar, lalu bayi-bayinya itu dapat dari mana, dan bagaimana caranya ya? Berdasarkan informasi yang didapat, untuk mendapatkan anaknya ini, tidak jarang ibunya harus dibunuh. Berang-berang adalah hewan yang berkelompok dan solidaritas tinggi. Ketika satu anggota kelompoknya ditangkap atau tertangkap, maka yang lain tidak akan pergi begitu saja meninggalkannya. Maka, lemparan batu, pukulan kayu atau malah tembakan senapan lah yang akan koloni berang-berang ini terima.

Berang-berang ini makannya banyak

Berang-berang merupakan hewan karnivora (pemakan daging). Mereka butuh makanan yang sangat banyak, kurang lebih sebanyak 20% dari berat badannya (jauh lebih banyak dari kucing). Itupun tidak bisa dialihkan ke sayuran atau nasi. Karena saluran pencernaannnya yang singkat, tidak bisa mencerna serat. Lihat saja kotorannya yang mirip muntah itu, makanan berupa daging saja tidak begitu tercerna olehnya, apalagi serat tumbuhan.

Kalau sudah besar, dibuangkah?

Satu hal lagi yang perlu dipertimbangkan lagi sebelum memelihara berang-berang. Apa yang akan kita lakukan jika berang-berang ini telah besar dan dewasa? Semakin dewasa, makannya akan semakin banyak, tingkah laku lucunya akan semakin kurang, potensi ganasnya akan semakin tinggi. Jika setelah dewasa berang-berang itu kita buang, maka sama saja dengan membunuhnya. Mereka telah terbiasa dengan bantuan manusia, tidak akan bisa bertahan di alam liar. Setiap hewan yang telah pernah dipelihara oleh manuisa, maka perlu proses rehabilitasi dan habituasi yang sangat panjang dan rumit agar bisa dilepas liarkan lagi.

Intinya, pertimbangkanlah dulu masak-masak sebelum memelihara berang-berang. Mudah-mudahan tulisan ini bermanfaat.

Sumber: https://aadrean.wordpress.com/2012/05/10/mau-beli-berang-beranglinsang-pertimbangkanlah-ini-dulu/

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *