Berang-Berang Utara

Beramg-berang utara
Lutra lutra
sumber : https://www.otterspecialistgroup.org/

Taksonomi

Nama ilmiah: Lutra lutra
Author: (Linnaeus, 1758)
Nama Inggris : Eurasian Otter, Common Otter, European Otter, European River Otter, Old World Otter
Nama Indonesia:
Berang-berang utara
Berang-berang Eurasia

Sinonim

  • Lutra nippon Imaizumi & Yoshiyuki, 1989
  • Lutra vulgaris
  • Lutra whitleyi

Terdapat tujuh subspesies:
(1) L. l. lutra di Eropa dan Afrika Utara;
(2) L. l. nair di India selatan dan Sri Lanka;
(3) L. l. monticola di utara India (Himachal Pradesh, Sikkim dan Assam) Nepal, Bhutan and Myanmar;
(4) L. l. kutab di utara India – Kashmir;
(5) L. l. aurobrunnea di Garhwal Himalayas di utara India dan daerah yang lebih tinggi di Nepal;
(6) L. l. barang di Asia Tenggara (Thailand, Indonesia and Malaysia); dan
(7) L. l. chinensis di Cina selatan dan Taiwan.

Morfologi tubuh

Jenis ini memiliki ukuran tubuh total sekitar 1 m untuk betina dan 1,2 m untuk jantan. Berat badan sekitar 7 Kg untuk betina dan 10 Kg untuk jantan. Ekor panjang bulat silindris 375-480. Bulu berwarna coklat gelap pada bagian punggung dan berwarna lebih terang pada bagian perut dan leher. Pada daerah bagian utara, jenis ini berwarna lebih gelap. Memiliki selaput dan cakar yang berkembang baik. Sungut yang banyak dan keras digunakan untuk mendeteksi mangsa. Rhinarium berukuran kecil dengan bentuk seperti huruf perisai dan tidak ditutupi rambut. Rumus gigi I 3/3, C 1/1, P 3/3, M 2/2 =36.

Tingkah laku sosial

Hewan ini hidup soliter, masing-masing individu memiliki daerah teritori yang tidak boleh dimasuki oleh individu lain. Individu betina memiliki daerah teritori terpisah satu sama lain. Jantan memiliki daerah jelajah yang jauh pernah tercatat sepanjang sungai sampai 80 km, dan berhimpitan dengan daerah teritori beberapa ekor betina. Betina juga akan terlihat bersama anak yang belum dewasa.
Hewan ini lincah dan suka berseluncur di salju atau di pinggir sungai. Di daerah pesisir, waktu aktif pada siang hari, dan pada perairan tawar aktif malam hari. Hal ini tergantung habitat dan hewan mangsanya. Aktif malam hari jika hewan mangsa aktif pada malam hari begitu juga sebaliknya.
Berenang di sepanjang permukaan dan ketika menyelam ekor akan terlihat ke atas dan mencari hewan mangsa di sepanjang dasar. Ikan kecil langsung di makan di permukaan air, jika ikan besar maka akan di bawah ke darat terlebih dahulu. Hewan ini dapat juga menangkap kelinci dengan masuk ke lubangnya, dan juga burung air dengan cara menangkap dari bawah permukaan air.

Reproduksi

Berkembang biak dapat terjadi di sepanjang tahun, namun pada beberapa daerah terlihat pola musiman tergantung ketersediaan hewan mangsa. Hewan ini matang reproduksi pada umur 18 bulan untuk jantan dan 24 bulan untuk betina, namun pada penangkaran biasanya pada umur 3 sampai 4 tahun. Tidak ada musim kawin. Masa hamil selama 63-65 hari dengan jumlah anak 1-5 ekor. Dapat mencapai umur 17 tahun. Induk memelihara anak sampai umur satu tahun. Induk melahirkan dan membesarkan anak di lubang sarang yang biasanya jauh dari air dan sulit diketahui. Setelah umur dua bulan mereka akan pindah ke sarang yang berada dekat dengan air.

Makanan

Umumnya jenis ini memakan ikan khususnya yang bergerak lambat seperti belut, tetapi juga memakan kepiting, burung air, udang dan katak, mamalia kecil serangga. Hewan ini dapat menangkap ikan seberat 9 Kg, namun rata-rata ikan berukuran panjang 13 cm.

Habitat

Jenis ini menempati berbagai habitat lahan basah yaitu habitat air tawar, payau dan air laut, sungai dataran rendah dan tinggi, danau, rawa, persawahan dan pesisir pantai. Berbeda lokasi juga berbeda habitat yang digunakan. Hal ini tergantung dari ketersediaan makanan, air tawar, dan vegetasi pinggir sungai tempat istirahat dan menelisik, serta akar pohon, tumpukan batu, kayu yang digunakan sebagai sarang.

Penyebaran

Tersebar luas di seluruh Eropa, Asia tengah, Afrika utara, India selatan dan Sri lanka, Asia tenggara sampai ke Thailand dan Indonesia di Sumatera. Dari pinggir pantai sampai ketinggian 1000m dan dilaporkan menempati ketinggian 3500 di Himalaya. Namun keberadaan hewan ini di Indonesia sekarang ini sedang dikritisi apakah masih ada, karena Indonesia memiliki Lutra sumatrana.